7 Dasar Aqiqah yang Wajib Dipahami Setiap Muslim
Namun, seringkali orang tua baru merasa bingung dengan banyaknya informasi yang beredar. Apakah harus dilaksanakan hari ke-7? Bagaimana jika belum mampu? Apakah dagingnya harus dimasak dulu?
Agar ibadah ini tidak sekadar menjadi ritual budaya atau "ikut-ikutan" semata, sangat penting bagi kita untuk memahami ilmunya. Artikel ini akan merangkum 7 poin penting mengenai dasar aqiqah sesuai tuntunan syariat, agar pelaksanaannya sah dan membawa berkah.
Hukum dan Makna Spiritual Aqiqah
Poin pertama dan kedua berkaitan dengan landasan hukum serta filosofi mengapa kita dianjurkan melakukan ibadah ini.
1. Hukum Pelaksanaannya adalah Sunnah Muakkadah
Mayoritas ulama, termasuk Imam Syafi'i, berpendapat bahwa hukum aqiqah adalah Sunnah Muakkadah, artinya sunnah yang sangat dianjurkan atau ditekankan.
Ini adalah tanggung jawab orang tua (khususnya ayah) yang menanggung nafkah anak. Namun, perlu diingat bahwa sunnah ini berlaku bagi mereka yang mampu. Jika kondisi ekonomi orang tua benar-benar tidak memungkinkan saat waktu pelaksanaan tiba, maka kewajiban ini gugur dan tidak berdosa jika ditinggalkan. Islam tidak pernah memberatkan umatnya.
2. Makna "Tergadai" dan Penebusan
Salah satu hadits yang menjadi dasar aqiqah paling kuat adalah sabda Rasulullah SAW:
“Setiap anak tergadaikan dengan aqiqahnya, disembelihkan untuknya pada hari ketujuh, digundul rambutnya, dan diberi nama.” (HR. Abu Daud, Tirmidzi, Ibnu Majah).
Para ulama menafsirkan kata "tergadai" ini dengan makna bahwa aqiqah berfungsi sebagai pembuka syafaat (pertolongan) anak kepada orang tuanya di hari kiamat kelak. Aqiqah adalah bentuk penebusan sekaligus wujud syukur tertinggi kepada Allah SWT atas titipan nyawa si Kecil.
Waktu Pelaksanaan dan Ketentuan Hewan
Setelah memahami hukumnya, poin selanjutnya membahas kapan dan apa yang harus disiapkan.
3. Waktu Terbaik vs Waktu yang Diperbolehkan
Kapan aqiqah sebaiknya dilaksanakan?
Waktu Utama: Hari ke-7 setelah kelahiran (hari lahir dihitung sebagai hari pertama). Ini adalah waktu yang disepakati sebagai waktu paling afdal.
Waktu Alternatif: Jika terlewat hari ke-7, sebagian ulama menganjurkan hari ke-14 atau ke-21.
Kelonggaran Waktu: Jika orang tua belum mampu pada hari-hari tersebut, aqiqah boleh dilakukan kapan saja sebelum anak baligh. Bahkan, jika seseorang belum diaqiqahi hingga dewasa, ia diperbolehkan mengaqiqahi dirinya sendiri (seperti yang dilakukan Nabi SAW).
4. Jumlah dan Syarat Hewan Aqiqah
Ketentuan jumlah hewan untuk aqiqah berbeda antara bayi laki-laki dan perempuan:
Laki-laki: 2 ekor kambing/domba yang setara (umur dan besarnya).
Perempuan: 1 ekor kambing/domba.
Adapun syarat fisik hewan aqiqah sama dengan syarat hewan Qurban, yaitu:
Sehat dan tidak cacat (buta, pincang, kurus kering, atau sakit).
Cukup umur (biasanya ditandai dengan poel atau berganti gigi seri).
Milik sah (bukan hasil curian).
Teknis Pengolahan dan Pembagian
Sering terjadi kekeliruan menyamakan pembagian daging aqiqah dengan daging kurban. Poin berikut menjelaskan perbedaannya.
5. Disunnahkan Membagikan Daging Matang
Berbeda dengan daging Kurban yang disunnahkan dibagikan dalam kondisi mentah, dasar aqiqah menganjurkan agar daging dibagikan dalam kondisi sudah dimasak (matang).
Tujuannya adalah untuk memuliakan tetangga dan fakir miskin, sehingga mereka bisa langsung menikmati hidangan tersebut tanpa repot memasaknya lagi. Inilah mengapa jasa catering aqiqah menjadi solusi yang sangat relevan dengan sunnah ini.
6. Tiga Golongan Penerima Aqiqah
Siapa saja yang berhak memakan daging aqiqah? Pembagiannya fleksibel, namun dianjurkan mencakup tiga golongan:
Keluarga (Shohibul Aqiqah): Boleh dimakan sebagian oleh orang tua dan keluarga inti untuk mendapatkan keberkahan.
Hadiah: Diberikan kepada kerabat, tetangga, dan sahabat (sekalipun mereka orang kaya) sebagai bentuk mempererat tali silaturahmi.
Sedekah: Diberikan kepada fakir miskin dan anak yatim yang membutuhkan.
Rangkaian Ibadah Penyerta
7. Mencukur Rambut dan Memberi Nama
Aqiqah biasanya tidak berdiri sendiri. Pada hari ke-7 pelaksanaan aqiqah, ada sunnah lain yang menyertainya:
Mencukur Rambut: Rambut bayi dicukur habis (gundul), kemudian rambut tersebut ditimbang. Berat rambut (dalam gram) dikonversikan ke nilai perak atau emas, lalu nominal uangnya disedekahkan.
Pemberian Nama: Memberikan nama yang baik (Ahsanul Asma) sebagai doa untuk masa depan anak.
Tahnik: Mengunyah kurma (atau sesuatu yang manis) lalu langit-langit mulut bayi diolesi dengan kunyahan tersebut.
Dengan memahami 7 dasar aqiqah di atas, diharapkan Ayah dan Bunda dapat mempersiapkan ibadah ini dengan lebih tenang dan mantap. Aqiqah bukan sekadar pesta perayaan kelahiran, melainkan sebuah ibadah agung yang memiliki aturan main tersendiri dalam Islam.
Jika kesibukan menjadi kendala untuk mengurus sendiri pemilihan hewan hingga pengolahannya, tidak ada salahnya menggunakan jasa aqiqah terpercaya yang paham syariat. Yang terpenting, niat untuk membebaskan "gadaian" si Kecil dapat terlaksana dengan baik dan diterima oleh Allah SWT.

