Sejarah Panjang Budidaya Ikan di Indonesia dari Masa ke Masa
![]() |
| (Canva) |
Artikdia - Jauh sebelum istilah "akuakultur"
atau "ekonomi biru" menjadi populer, nenek moyang bangsa Indonesia
telah menjalin hubungan yang intim dengan air. Di negara kepulauan ini, air
bukan hanya jalur transportasi, tetapi juga sumber kehidupan yang melimpah.
Dari situlah lahir sebuah kearifan lokal yang luar
biasa: praktik memelihara ikan di lingkungan terkendali. Ini adalah awal dari sejarah
budidaya ikan di Indonesia, sebuah perjalanan panjang dari kolam-kolam
sederhana di belakang pura hingga sistem digital canggih yang dikendalikan oleh
ponsel pintar.
Artikel ini akan membawa Anda menelusuri jejak sejarah
tersebut, melihat bagaimana budidaya ikan berevolusi dari masa ke masa dan
menjadi salah satu pilar ketahanan pangan serta ekonomi bangsa.
Awal Mula Budidaya Ikan di Nusantara
Jejak budidaya ikan di Nusantara dapat ditelusuri
kembali hingga ke era kerajaan-kerajaan kuno. Pada abad ke-14, di masa keemasan
Kerajaan Majapahit, catatan dan relief kuno mengisyaratkan adanya kolam-kolam
pemeliharaan ikan air tawar. Salah satu bukti tertua tercantum dalam kitab
undang-undang Majapahit yang mengatur denda bagi pencuri ikan di
"telaga" atau kolam milik orang lain.
Pada masa itu, kolam atau yang dikenal sebagai empang
bukan hanya berfungsi sebagai sumber pangan. Di lingkungan keraton, seperti
pada masa Kerajaan Pajajaran di Jawa Barat, kolam menjadi bagian dari lanskap
taman yang indah sekaligus simbol kemakmuran. Praktik ini menunjukkan bahwa
budidaya ikan memiliki nilai sosial dan budaya yang tinggi.
Jenis ikan yang dibudidayakan pada era awal ini adalah
ikan-ikan asli Nusantara dan hasil introduksi awal. Ikan mas (Common Carp) yang
diyakini dibawa oleh pedagang dari Tiongkok menjadi salah satu komoditas utama,
bersama dengan ikan gurame yang merupakan ikan asli perairan Indonesia.
Masyarakat memeliharanya di kolam tanah sederhana, mengandalkan kesuburan alam
untuk menumbuhkan pakan alami.
Masa Kolonial dan Perkembangan Sistem
Tambak
Memasuki masa kolonial Belanda, praktik budidaya ikan
mulai mengalami pergeseran dari subsisten ke arah komersial, meskipun dalam
skala yang masih terbatas. Pemerintah Hindia Belanda melihat potensi ekonomi
pada perikanan darat, terutama di wilayah pesisir.
Fokus utama mereka adalah pengembangan tambak air
payau. Awalnya, banyak tambak di pesisir utara Jawa digunakan sebagai ladang
garam.
Namun, masyarakat lokal secara cerdas memanfaatkannya
sebagai sistem polikultur, di mana mereka juga membudidayakan ikan bandeng.
Bandeng menjadi komoditas primadona karena ketahanannya terhadap air payau dan
permintaan pasar yang tinggi.
Pemerintah kolonial turut andil dalam modernisasi awal
ini dengan membangun sistem irigasi yang lebih teratur. Meskipun tujuan
utamanya adalah untuk perkebunan tebu dan sawah, infrastruktur ini secara tidak
langsung mendukung pengembangan kolam air tawar dan sistem minapadi
(budidaya ikan di sawah).
Pada awal abad ke-20, didirikan pula Sekolah Perikanan
pertama di Batavia (sekarang Jakarta) untuk mendidik para ahli perikanan,
menandai dimulainya pendekatan budidaya yang lebih sistematis dan berbasis ilmu
pengetahuan.
Era Kemerdekaan hingga 1990-an —
Konsolidasi dan Edukasi
Setelah kemerdekaan, pemerintah Indonesia menempatkan
ketahanan pangan sebagai prioritas utama. Sektor perikanan, khususnya budidaya,
dipandang sebagai solusi strategis untuk memenuhi kebutuhan protein masyarakat.
Inilah era konsolidasi dan edukasi massal dalam sejarah budidaya ikan di
Indonesia.
Pemerintah membentuk berbagai lembaga riset dan
pengembangan, seperti Balai Benih Ikan (BBI) di berbagai daerah. Tugas utamanya
adalah memproduksi benih unggul dan menyebarkannya kepada masyarakat.
Program "pemasyarakatan ikan air tawar"
digalakkan, memperkenalkan dan mempopulerkan budidaya ikan lele dan nila (ikan
nila sendiri merupakan introduksi yang lebih modern dan sukses besar di era
ini) kepada petani di pedesaan.
Teknologi yang dikembangkan masih sederhana namun
sangat berdampak. Pakan buatan dalam bentuk pelet mulai diperkenalkan,
mengurangi ketergantungan pada pakan alami. Sistem sirkulasi air sederhana dan
penggunaan kincir untuk aerasi mulai diterapkan di tambak-tambak udang.
Di tingkat masyarakat, koperasi perikanan lokal (KUD
Perikanan) tumbuh sebagai wadah untuk berbagi pengetahuan, mendapatkan modal,
dan memasarkan hasil panen secara kolektif.
Era Modern — Inovasi dan Teknologi
dalam Budidaya Ikan
Memasuki milenium baru, sektor budidaya ikan Indonesia
mengalami lompatan kuantum. Isu keterbatasan lahan, efisiensi pakan, dan
keberlanjutan lingkungan mendorong lahirnya berbagai inovasi teknologi.
- Sistem Budidaya Intensif: Teknologi
seperti bioflok (mengubah limbah menjadi pakan alami), akuaponik
(integrasi ikan dan tanaman), serta Recirculating Aquaculture System
(RAS) (sistem sirkulasi air tertutup) memungkinkan budidaya dengan
padat tebar tinggi di lahan yang sempit dan sangat hemat air.
- Transformasi Digital: Munculnya startup
perikanan digital seperti eFishery dengan pakan otomatis pintarnya (smart
feeder) dan Aruna yang membangun ekosistem digital bagi nelayan dan
pembudidaya, mengubah wajah industri. Pembudidaya kini dapat mengontrol
pemberian pakan lewat ponsel, memantau kualitas air secara real-time,
dan mendapatkan akses pasar yang lebih luas.
Perubahan ini juga didorong oleh pergeseran pola konsumsi. Masyarakat urban kini lebih menyukai produk ikan yang praktis, seperti fillet beku, olahan siap saji, dan produk yang memiliki sertifikasi berkelanjutan.
Tantangan dan Arah Masa Depan
Budidaya Ikan Indonesia
Di balik kesuksesan dan modernisasi, sektor akuakultur
Indonesia masih menghadapi tantangan serius. Isu lingkungan seperti limbah
tambak yang mencemari perairan dan konversi hutan mangrove menjadi lahan
budidaya menjadi perhatian utama.
Ke depan, arah pengembangan budidaya ikan Indonesia
tertuju pada konsep ekonomi biru yang berkelanjutan. Tujuannya adalah
meningkatkan produktivitas tanpa merusak lingkungan. Peran generasi muda yang
melek teknologi menjadi sangat krusial untuk mengakselerasi adopsi
praktik-praktik budidaya modern dan ramah lingkungan.


