Apakah Taman Baluran di Banyuwangi Benar-benar Mirip Afrika?
Artikdia - Pernah dengar julukan “Africa van Java”? Julukan ini disematkan pada Taman Nasional Baluran, yang berada di perbatasan Banyuwangi dan Situbondo, Jawa Timur.
Setiap tahun, ribuan wisatawan datang untuk menyaksikan hamparan savana luas yang katanya mirip dengan padang rumput Afrika. Tapi… benarkah semirip itu?

design by : canva
Fenomena “Africa van Java” yang Bikin Penasaran
Bayangkan
langit biru yang bersih, hamparan rumput kering sejauh mata memandang, dan
kawanan banteng yang melintas di kejauhan. Begitulah pemandangan yang akan kamu
temui di Baluran, terutama saat musim kemarau.
Banyak
pengunjung yang bilang, begitu sampai di Savana Bekol, suasananya benar-benar
seperti berpindah benua.
Julukan Africa
van Java pertama kali populer karena bentang alam savana Baluran
yang unik di antara taman nasional lain di Indonesia.
Saat musim
kering, rumput berubah kekuningan dan kontras dengan langit biru cerah,
menciptakan panorama yang terasa “Afrika banget”.
Sekilas Tentang Taman Nasional Baluran
Didirikan
sejak 1980, Taman Nasional Baluran menempati area seluas sekitar 25.000
hektare. Lokasinya strategis, terletak di ujung timur Pulau Jawa.
Kawasan ini
punya berbagai tipe ekosistem, mulai dari hutan mangrove, hutan musim, hutan
hijau (evergreen), hingga savana yang mendominasi sekitar 40% dari
keseluruhan taman.
Baluran
juga menjadi rumah bagi berbagai satwa liar, seperti banteng, kijang, merak
hijau, lutung, dan berbagai jenis burung migran. Itulah sebabnya, kawasan
ini sering disebut “laboratorium alam” yang menyimpan kekayaan hayati luar
biasa.
Mengapa Disebut Mirip Afrika?
Kesan
“Afrika” muncul begitu kamu menginjak Savana Bekol, ikon utama Baluran.
Di sini, hamparan padang rumput membentang luas tanpa batas, dengan latar
belakang Gunung Baluran yang gagah berdiri.
Saat rumput
mulai menguning dan angin berhembus kencang, suasananya sungguh seperti berada
di tengah Serengeti.
Beberapa
fotografer dan pembuat film bahkan memilih Baluran untuk simulasi suasana
Afrika dalam produksi mereka.
Meski hewan
yang ada berbeda di Afrika ada zebra dan singa, sedangkan Baluran punya banteng
dan rusa sensasi alam liarnya tetap tak tergantikan.
Waktu Terbaik untuk Berkunjung
Kalau kamu
ingin merasakan sensasi “Afrika van Java” yang sesungguhnya, datanglah saat musim
kemarau, antara Mei hingga Oktober. Pada periode ini, cuaca
cenderung cerah, tanah mulai kering, dan savana berubah keemasan.
Sebaliknya,
pada musim hujan, rumput akan tumbuh hijau, menciptakan nuansa yang lebih
tropis dan berbeda. Akses jalan bisa sedikit lebih sulit karena becek, tapi
panorama hijaunya juga tak kalah memikat.
Rute Menuju Baluran
Dari Kota
Banyuwangi, kamu bisa menuju Baluran melalui jalur Banyuwangi–Situbondo,
sekitar 1,5–2 jam perjalanan. Gerbang masuk taman nasional terletak di Desa
Wonorejo, Kecamatan Banyuputih.
Akses
jalannya cukup baik, meski mendekati kawasan inti akan sedikit bergelombang.
Jika membawa kendaraan pribadi, pastikan dalam kondisi prima karena jalur
menuju Savana Bekol sekitar 12 km dari pintu masuk dan agak berbatu.
![]() |
| sumber : pinterest |
Jadi,
apakah Baluran benar-benar mirip Afrika?
Jawabannya: iya, tapi dengan cita rasa khas Nusantara. Lanskap savananya
memang mengingatkan kita pada Afrika, tapi Baluran punya keunikan tersendiri perpaduan
alam tropis, pantai, dan hutan yang tak akan kamu temukan di tempat lain.
Baluran
bukan sekadar tempat wisata, tapi juga ruang edukasi alam yang
mengajarkan bagaimana harmoni antara manusia dan lingkungan bisa terjaga.
Kalau kamu
ingin menjelajahi “Afrika” tanpa paspor, Taman Nasional Baluran di
Banyuwangi adalah jawabannya.
