Tradisi Pertanian Adat Kasepuhan Ciptagelar, Warisan Budaya yang Menjaga Alam
Pertanian
sebagai Inti Kehidupan Masyarakat Ciptagelar
ARTIKDIA - Bagi
masyarakat adat Kasepuhan Ciptagelar di Sukabumi, Jawa Barat, pertanian bukan
sekadar aktivitas ekonomi, melainkan inti kehidupan yang menyatu dengan adat
dan budaya. Menanam padi adalah simbol kehidupan, sementara hasil panen bukan
hanya pangan, tetapi juga bagian dari ibadah dan rasa syukur.
Filosofi
Pertanian Adat
Hubungan
Spiritual dengan Alam
Prinsip
utama mereka adalah manusa, taneuh, cai, jeung pare (manusia, tanah,
air, dan padi). Keempat unsur ini harus dijaga keseimbangannya agar kehidupan
tetap harmonis.
Padi
sebagai Simbol Kehidupan
Dalam
kepercayaan adat Ciptagelar, padi dianggap sebagai titipan leluhur yang wajib
dijaga. Karena itu, menanam, merawat, hingga menyimpan padi dilakukan dengan
penuh rasa hormat.
Tradisi
dalam Proses Pertanian
Penentuan
Musim Tanam
Musim tanam
ditentukan bukan hanya dari iklim, tetapi juga melalui ritual adat dan
petunjuk alam. Hal ini menjaga keseimbangan ekosistem serta menghindari
kerusakan tanah akibat intensifikasi.
Pemetikan
dengan Alat Tradisional
Panen
dilakukan secara manual menggunakan ani-ani, alat pemotong tradisional.
Cara ini memang lambat, tetapi menjaga kualitas gabah dan tidak merusak batang
padi.
Penyimpanan
di Leuit (Lumbung Padi)
Hasil panen
disimpan dalam leuit, lumbung padi khas Ciptagelar. Leuit bukan sekadar gudang,
melainkan simbol kedaulatan pangan. Beras yang disimpan bisa bertahan
bertahun-tahun tanpa bahan pengawet.
Ritual
dan Upacara Pertanian
Seren
Taun – Perayaan Panen Raya
Seren Taun
adalah upacara adat tahunan untuk merayakan panen. Masyarakat berkumpul,
menampilkan kesenian tradisional, dan mempersembahkan hasil bumi sebagai rasa
syukur kepada Sang Pencipta.
Doa
dan Syukur Sebelum Tanam
Sebelum
musim tanam dimulai, diadakan ritual doa bersama untuk meminta kesuburan tanah,
kelancaran air, dan hasil panen yang melimpah.
Menjaga
Alam Lewat Tradisi
Larangan
Menjual Padi
Padi hasil
panen tidak boleh dijual. Padi hanya boleh dikonsumsi oleh komunitas sendiri.
Aturan ini memastikan ketahanan pangan terjaga, sekaligus menumbuhkan
rasa kebersamaan.
Perlindungan
Hutan
Hutan di
sekitar Ciptagelar dilindungi ketat karena menjadi sumber air irigasi sawah.
Dengan melestarikan hutan, masyarakat juga menjaga keberlangsungan pertanian.
Pertanian
Tanpa Pestisida Kimia
Mereka
menolak penggunaan pestisida dan pupuk kimia. Sebagai gantinya, tanaman
pengusir hama, predator alami, dan sistem tanam seimbang dijadikan solusi.
Nilai
Budaya dalam Pertanian
Gotong
Royong di Sawah
Semua
pekerjaan pertanian dilakukan secara gotong royong. Dari menanam hingga panen,
masyarakat saling membantu tanpa pamrih.
Warisan
untuk Generasi Muda
Pertanian
bukan hanya soal hasil panen, tetapi juga identitas. Orang tua di Ciptagelar
mendidik anak-anak mereka untuk menghormati padi dan menjaga tradisi leluhur.
Inspirasi
untuk Pertanian Berkelanjutan
Tradisi
pertanian adat Ciptagelar memberi pelajaran penting bagi dunia modern. Di
tengah krisis lingkungan dan degradasi tanah akibat pestisida, sistem mereka
membuktikan bahwa pertanian ramah lingkungan bisa berjalan berdampingan dengan
budaya.
Model
Ciptagelar dapat menjadi referensi untuk membangun sistem pertanian
berkelanjutan di daerah lain, bahkan dalam skala nasional.
Tradisi
pertanian adat Kasepuhan Ciptagelar bukan sekadar cara bercocok tanam, tetapi
warisan budaya yang menjaga hubungan manusia dengan alam. Filosofi menghormati
padi, ritual syukur, serta komitmen melindungi hutan menjadikan sistem ini
sebagai contoh pertanian berkelanjutan yang selaras dengan alam.
Link Terkait
· Pertanian Tradisional Kasepuhan Ciptagelar
· Sistem Pertanian Kasepuhan Ciptagelar Tanpa Pestisida Kimia
· Cara Pertanian Kasepuhan Ciptagelar dalam Menghadapi Perubahan Iklim