Sejarah dan Asal Usul Kuliner Tradisional Surabaya

Table of Contents

-ARTIKDIA Surabaya, kota dengan julukan "Kota Pahlawan", tidak hanya kaya akan cerita perjuangan kemerdekaan, tetapi juga menyimpan segudang kisah di balik kelezatan kuliner tradisionalnya. 

Setiap gigitan makanan khas Surabaya yang kamu nikmati, entah itu di warung kaki lima atau restoran ternama, selalu memiliki jejak sejarah yang menarik untuk ditelusuri. 

Kuliner bukan sekadar soal rasa, melainkan juga warisan budaya yang diwariskan secara turun-temurun.

Kalau kamu bertanya, kenapa sih kuliner di Surabaya begitu kaya dan beragam? Jawabannya tidak lepas dari posisi kota ini sebagai pelabuhan besar dan pusat perdagangan sejak zaman dahulu. 

Interaksi dengan berbagai budaya, mulai dari Jawa, Madura, Tionghoa, hingga Arab, memberikan pengaruh yang kuat pada cita rasa masakan. 

Yuk, kita telusuri bersama sejarah makanan Surabaya dan asal-usulnya yang bikin penasaran!


Lontong Balap: Makanan Favorit Para Joki dan Penonton Pacuan Kuda

Mendengar nama lontong balap, mungkin kamu langsung membayangkan hidangan ini disajikan dengan kecepatan tinggi. 

Ternyata, asal-usul nama "balap" memang merujuk pada kecepatan. Tapi bukan kecepatan dalam menyantapnya, melainkan kecepatan para penjualnya saat menjajakan dagangan.

Menurut cerita yang beredar, di era 1900-an, pedagang lontong balap dulunya menjajakan dagangan di sekitar kawasan pacuan kuda di Jalan Kranggan. 

Mereka berjalan sangat cepat untuk mengejar pembeli, terutama para joki dan penonton yang kelaparan setelah pertandingan. 

Karena penjualnya berlomba-lomba (balapan) menawarkan dagangannya, makanan ini pun akhirnya dijuluki "lontong balap". 

Resep otentik lontong balap legendaris ini tetap bertahan hingga kini, dengan ciri khas lontong, tauge, tahu goreng, dan lentho yang disiram kuah gurih.



Rujak Cingur: Simbol Keberanian dan Inovasi Kuliner

Rujak cingur adalah salah satu hidangan yang paling unik dari Surabaya. 

Banyak orang bertanya-tanya, "Mengapa harus cingur (moncong sapi)?" Rupanya, penggunaan cingur ini menunjukkan keberanian dan inovasi dalam memanfaatkan setiap bagian dari hewan. 

Di masa lalu, cingur dianggap sebagai bagian yang kurang diminati, namun oleh masyarakat Surabaya, cingur diolah dengan cara yang tepat hingga menghasilkan tekstur kenyal dan rasa gurih yang istimewa.

Keunikan lainnya terletak pada bumbu rujak cingur yang menggunakan petis udang berkualitas tinggi. 

Petis, yang merupakan produk fermentasi udang, sudah menjadi bumbu esensial dalam masakan Jawa Timur sejak lama. 

Perpaduan manis, pedas, dan gurih dari petis, gula merah, dan kacang ini, membuat cita rasa rujak cingur tak ada duanya. 

Setiap gigitan rujak cingur petis adalah bukti kearifan lokal dalam mengolah bahan menjadi hidangan lezat.


Rawon Setan: Kenapa Dijuluki "Setan"? Ini Asal-Usulnya!

Jangan takut dulu! Nama "setan" pada hidangan rawon khas Surabaya ini tidak ada hubungannya dengan hal-hal mistis. 

Asal-usul nama ini ternyata sangat sederhana. Rawon Setan pertama kali dijual oleh seorang pedagang bernama Ibu Supiah di Jalan Embong Malang, Surabaya. 

Ia mulai berjualan sekitar pukul 21.00 WIB hingga dini hari. 

Karena jam bukanya yang sangat larut malam, dimana suasana sekitar sudah sepi dan gelap, para pembeli pun sering menyebutnya "rawon setan".

Selain karena jam bukanya, nama ini juga bisa jadi merujuk pada rasa pedasnya yang "setan", yang bisa bikin kamu ketagihan. 

Resep rawon setan Embong Malang yang terkenal menggunakan bumbu kluwek, membuat kuahnya berwarna hitam pekat dengan rasa gurih yang mendalam. 

Daging sapi yang empuk dan irisan telur asin membuat hidangan ini menjadi santapan legendaris yang sulit dilupakan.


Tahu Campur: Bukti Perpaduan Sempurna Beragam Bahan

Tahu campur adalah cerminan dari semangat perpaduan dalam kuliner Surabaya. 

Hidangan ini tidak hanya sekedar menggabungkan beberapa bahan, tetapi juga menciptakan harmoni rasa dan tekstur yang kompleks. 

Tahu goreng, lontong, mie, dan sayuran dihidangkan bersama dengan lentho, perkedel singkong khas yang renyah.

Asal-usul tahu campur konon bermula dari pedagang kecil yang ingin menyajikan hidangan lengkap dengan berbagai isian agar pembeli kenyang. 

Penambahan lentho dan petis kental adalah sentuhan lokal yang membuatnya berbeda dari hidangan lain. 

Setiap unsur di dalam tahu campur memiliki perannya masing-masing, mulai dari rasa gurih kaldu sapi hingga kekhasan petis.


Sate Klopo: Inovasi Kuliner Berbalut Kelapa dari Ondomohen

Sate klopo adalah salah satu inovasi kuliner yang sangat khas dari Surabaya. 

Nama "klopo" sendiri diambil dari bahasa Jawa yang artinya kelapa. 

Sate ini memang berbeda karena sebelum dibakar, potongan dagingnya dilumuri dengan parutan kelapa yang telah dibumbui. 

Sate klopo Ondomohen pertama kali populer di kawasan Ondomohen, tempat penjual pertamanya berjualan.

Penggunaan kelapa parut ini konon berawal dari kebiasaan masyarakat pesisir yang gemar menggunakan kelapa dalam masakan mereka. 

Parutan kelapa ini tidak hanya memberikan aroma yang wangi saat dibakar, tetapi juga menambah tekstur renyah dan rasa gurih yang membuat sate ini istimewa. 

Kelezatan sate klopo terletak pada perpaduan rasa daging, bumbu kelapa, dan bumbu kacang yang manis.


Soto Lamongan: Kuliner Rantau yang Beradaptasi dan Diterima Hati

Meskipun namanya berasal dari kota tetangga, soto Lamongan telah lama menjadi bagian tak terpisahkan dari daftar kuliner tradisional Surabaya yang wajib dicicipi. 

Kedatangan para perantau dari Lamongan ke Surabaya membawa serta resep otentik soto mereka. 

Dengan cepat, soto Lamongan diterima dan dicintai oleh warga Surabaya berkat rasa kuahnya yang gurih, segar, dan penggunaan koya yang melimpah.

Koya, yang terbuat dari kerupuk udang yang dihaluskan, adalah rahasia di balik kekentalan dan rasa khas soto ini. 

Keberadaan soto Lamongan di Surabaya membuktikan bahwa kuliner adalah jembatan budaya yang mampu menyatukan dan diterima oleh siapa saja. 

Hingga kini, kamu bisa menemukan warung soto ayam Lamongan di hampir setiap sudut kota Surabaya.


Setiap filosofi masakan dan sejarah di balik kuliner tradisional Surabaya ini menunjukkan betapa kayanya budaya yang ada di kota ini. 

Dari kisah para pedagang yang "balapan" hingga inovasi bumbu yang berani, semua menciptakan identitas rasa yang tak tergantikan. 

Jadi, ketika kamu sedang menikmati hidangan-hidangan ini, ingatlah bahwa kamu tidak hanya sekedar makan, tapi juga sedang melestarikan warisan kuliner yang berharga.


Jasa Pembuatan Website UMKM
Jasa Pembuatan Website UMKM
Jasa Pembuatan Website UMKM