Es Pleret Blitar Kesegaran Tradisional yang Tak Lekang oleh Waktu
Artikdia – Di tengah gempuran minuman kekinian seperti boba, kopi susu modern, hingga es kopi gula aren, Blitar tetap mempertahankan satu minuman tradisional yang menjadi kebanggaan warganya: Es Pleret. Minuman segar dengan tampilan sederhana ini ternyata menyimpan sejarah panjang sekaligus rasa autentik yang sulit tergantikan.
Sejarah dan Asal Usul Es Pleret
Es Pleret dipercaya sudah ada sejak puluhan tahun lalu di Blitar. Konon, minuman ini awalnya hanya dijajakan oleh pedagang keliling yang berkeliling kampung dengan gerobak sederhana. “Pleret” sendiri merujuk pada adonan bulat kecil dari tepung beras yang diberi pewarna alami, kemudian dicampur dengan kuah manis dan santan.
Tak ada catatan pasti siapa pencetusnya, namun masyarakat Blitar meyakini Es Pleret adalah bagian dari tradisi kuliner Jawa Timur yang kental akan cita rasa manis dan gurih. Kehadirannya pun erat dengan kehidupan sehari-hari, terutama saat siang hari yang terik.
Cara Pembuatan yang Masih Tradisional
Keunikan Es Pleret terletak pada bahan dasarnya. Pleret dibuat dari tepung beras yang diaduk dengan air dan sedikit pewarna alami (biasanya dari daun suji atau pandan). Setelah itu, adonan dibentuk bulatan kecil lalu dikukus hingga matang.
Bola-bola pleret ini kemudian dicampur dengan kuah santan gurih dan gula jawa cair. Perpaduan manis, gurih, dan tekstur kenyal dari pleret menciptakan sensasi berbeda dibandingkan minuman es lainnya. Tambahan es batu membuatnya semakin segar dinikmati di tengah teriknya cuaca Blitar.
Cita Rasa yang Otentik
Bagi sebagian orang yang baru mencicipinya, Es Pleret mungkin terasa mirip dengan es dawet atau es cendol. Namun, bedanya ada pada tekstur bulatan pleret yang lebih kenyal dan padat, sehingga memberi pengalaman mengunyah yang unik. Kuah santannya pun lebih kental, berpadu sempurna dengan gula merah cair yang harum.
“Kalau es dawet itu lebih ke rasa manis dan segar, sedangkan Es Pleret punya kombinasi gurih yang bikin nagih,” ujar Yuni, seorang penjual es pleret di kawasan Alun-Alun Blitar.
Filosofi di Balik Kesederhanaan
Seperti banyak kuliner Jawa lainnya, Es Pleret juga punya filosofi tersendiri. Bulatan pleret yang kenyal dianggap sebagai simbol kebersamaan dan persatuan, karena biasanya disajikan dalam mangkuk besar untuk dinikmati bersama keluarga. Selain itu, penggunaan gula jawa dan santan melambangkan kekayaan hasil bumi lokal yang sederhana namun menyehatkan.
Tempat Menikmati Es Pleret di Blitar
Hampir di setiap sudut Blitar, terutama di pasar tradisional dan pusat keramaian, kita bisa menemukan penjual Es Pleret. Beberapa lokasi yang populer antara lain:
- Alun-Alun Blitar – banyak pedagang kaki lima menjajakan Es Pleret di sore hari.
- Pasar Legi – salah satu pusat jajanan tradisional, termasuk Es Pleret.
- Warung Kaki Lima di Jalan Merdeka – sering jadi tujuan wisatawan yang ingin mencicipi kuliner khas Blitar.
Harganya pun sangat terjangkau, biasanya hanya sekitar Rp5.000 – Rp7.000 per gelas.
Es Pleret dan Daya Tarik Wisata Blitar
Selain terkenal dengan makam Bung Karno dan wisata sejarahnya, Blitar kini juga semakin mengedepankan wisata kuliner sebagai daya tarik. Pemerintah daerah bahkan mendorong UMKM lokal untuk terus mempromosikan minuman tradisional ini.
Tak sedikit wisatawan yang datang ke Blitar sengaja mencari Es Pleret, karena penasaran dengan rasa khas yang jarang ditemui di daerah lain. Es Pleret pun kini mulai mendapat tempat dalam festival kuliner daerah, sejajar dengan pecel tumpang dan nasi ampok.
Tantangan di Era Modern
Meski tetap populer, keberadaan Es Pleret menghadapi tantangan dari tren minuman modern. Banyak generasi muda lebih memilih minuman dengan tampilan instagramable ketimbang minuman tradisional.
Namun, sejumlah inovasi mulai dilakukan, seperti menyajikan Es Pleret dengan kemasan cup kekinian, atau menambah variasi rasa dengan sirup pandan dan durian. Upaya ini diharapkan bisa menarik minat anak muda tanpa menghilangkan cita rasa aslinya.
Warisan Kuliner yang Perlu Dijaga
Es Pleret bukan sekadar minuman segar, melainkan bagian dari identitas budaya Blitar. Jika tidak dijaga, ada kemungkinan generasi mendatang hanya mengenalnya lewat cerita. Oleh karena itu, pelestarian kuliner tradisional seperti ini penting untuk menjaga kekayaan budaya daerah.
Seperti yang dikatakan oleh Pak Suyono, penjual Es Pleret berusia 60 tahun di Pasar Legi: “Kalau bukan kita yang melestarikan, siapa lagi? Es Pleret ini warisan, jangan sampai hilang karena kalah sama minuman zaman sekarang.”
Di tengah hiruk pikuk perkembangan kuliner modern, Es Pleret tetap bertahan sebagai minuman tradisional khas Blitar yang menyegarkan dan sarat makna. Bagi siapa saja yang berkunjung ke Blitar, rasanya belum lengkap jika belum mencicipi segelas Es Pleret di bawah rindangnya pepohonan atau di tengah ramainya alun-alun.
Lebih dari sekadar pelepas dahaga, Es Pleret adalah bukti nyata bagaimana kesederhanaan bisa menciptakan kenangan dan kebanggaan bagi sebuah kota.