Rahasia Gaya Belanja Gen Z: Kenapa Mereka Lebih Suka Scroll Daripada Datang ke Toko?
Artikdia - GenerasiZ, yang lahir antara akhir 1990-an hingga awal 2010-an, telah mengubah peta dunia retail secara drastis.
Dengan
perangkat digital selalu dalam genggaman, gaya belanja Gen Z kini bukan
lagi soal kebutuhan, melainkan bagian dari identitas dan cara mereka terhubung
dengan dunia.
Belanja Online Bukan
Sekadar Praktis, Tapi Personal
Bagi Gen
Z, belanja online bukan sekadar alternatif dari toko fisik ini sudah menjadi
gaya hidup. Proses “scrolling” di e-commerce atau media sosial bukan hanya
kegiatan mencari barang, tapi juga pengalaman sosial.
Mereka
ingin merasa terlibat. Melihat produk lewat live shopping, mendengar
langsung ulasan jujur dari pengguna lain, dan berinteraksi real-time dengan
seller menciptakan rasa koneksi yang tidak bisa ditemukan di toko konvensional.
Autentisitas Jadi Kunci
Alih-alih
terpikat iklan berbayar, Gen Z lebih percaya pada testimoni asli dan konten
organik. Mereka cenderung menghindari promosi yang terasa ‘dibuat-buat’ dan
lebih mempercayai review pengguna biasa atau influencer yang dianggap kredibel.
Dalam era
di mana konten viral bisa mendorong keputusan belanja dalam hitungan
menit, kejujuran menjadi nilai jual tertinggi.
Dari Inspirasi ke
Transaksi: Belanja Karena Tertarik, Bukan Sekadar Butuh
Generasi
ini jarang masuk ke platform e-commerce dengan tujuan pasti. Sebaliknya, mereka
menjelajah, melihat tren, dan kemudian tergoda membeli.
Entah
dari video “Get Ready With Me”, rekomendasi skincare, atau tren fashion yang
lagi naik daun keputusan belanja sering kali dipicu oleh dorongan emosional,
bukan logika kebutuhan.
Tren Belanja Jadi Budaya
Video haul,
unboxing, dan “wishlist bulanan” di TikTok atau Instagram telah mengubah
persepsi tentang konsumsi. Aktivitas belanja kini tidak hanya soal barang, tapi
juga tentang bagaimana seseorang mengekspresikan diri dan ikut ambil bagian
dalam budaya populer.
FOMO dan Flash Sale:
Kombinasi Tak Terelakkan
Salah
satu karakteristik kuat Gen Z adalah rasa takut tertinggal fear of missing
out (FOMO). Mereka tidak ingin ketinggalan tren, diskon, atau stok
terbatas. Oleh karena itu, taktik seperti countdown timer, label “tersisa 5
item”, atau live sale selama 30 menit sangat efektif menggugah ketertarikan
mereka.
Belanja yang Penuh
Adrenalin
Proses
ini tidak ubahnya permainan cepat: siapa paling tanggap, dia yang menang.
Kecepatan dan eksklusivitas menciptakan sensasi kompetitif, yang justru menjadi
bagian dari keseruan itu sendiri. Itulah mengapa flash sale selalu jadi magnet
yang ampuh bagi generasi ini.
Cerdas dan Selektif: Bukan
Hanya Impulsif
Meski
dikenal spontan dalam mengambil keputusan belanja, Gen Z bukan berarti tidak
peduli kualitas atau nilai. Mereka menunjukkan kecenderungan mendukung produk
lokal, bisnis kecil, hingga brand yang punya komitmen terhadap isu lingkungan
dan sosial.
Transparansi Jadi Penentu
Brand
yang sukses menembus pasar Gen Z adalah mereka yang terbuka tentang proses
produksi, sumber bahan, hingga nilai yang mereka perjuangkan. Transparansi kini
punya peran sama besar dengan harga dan desain dalam memengaruhi keputusan
beli.
Masa Depan E-Commerce Ada
di Tangan Mereka
Gaya
belanja Gen Z memaksa industri untuk berubah. Pengalaman belanja kini harus interaktif,
humanis, dan cepat menanggapi kebutuhan komunitas. E-commerce yang tidak mampu
menyesuaikan diri dengan dinamika ini akan cepat tertinggal.
Dari Konsumen Menjadi
Co-Creator
Gen Z
bukan hanya konsumen pasif. Mereka ikut menentukan tren, bahkan menciptakannya.
Dengan kekuatan media sosial, mereka bisa membuat sebuah produk naik daun dalam
semalam. Ini menjadikan mereka bukan sekadar target pasar, melainkan mitra
strategis dalam membentuk arah perkembangan digital commerce.
Belanja Adalah Ekspresi Diri
Bagi Gen
Z, belanja bukan hanya transaksi, tapi juga cara berkomunikasi, berekspresi,
dan membentuk identitas. Mereka tidak mencari produk, tapi pengalaman.
Mereka
tidak hanya melihat harga, tapi juga nilai. Dan mereka tidak sekadar membeli,
tapi juga menciptakan tren. Jika ingin memahami arah masa depan dunia retail,
maka gaya belanja Gen Z adalah kompas yang paling jujur untuk dibaca.