Mengenal Kurikulum Merdeka dan Dampaknya pada Budaya Belajar Siswa

Daftar Isi
Sekelompok siswa SMA sedang berdiskusi dan mengerjakan proyek bersama di dalam kelas.

ARTIKDIA – Dunia pendidikan Indonesia saat ini tengah mengalami transformasi signifikan melalui penerapan Kurikulum Merdeka.

Kurikulum ini diperkenalkan oleh Kemendikbudristek sebagai upaya untuk mengatasi krisis pembelajaran (learning loss) dan menciptakan sistem yang lebih fleksibel serta berpihak pada murid.

Ini menandai pergeseran dari pendekatan yang seragam dan kaku menuju model pembelajaran yang lebih personal dan relevan.

Lalu, apa sebenarnya esensi dari Kurikulum Merdeka dan bagaimana ia mengubah budaya belajar siswa di sekolah?

Apa Itu Kurikulum Merdeka?

Kurikulum Merdeka adalah sebuah kerangka kurikulum yang memberikan otonomi atau kemerdekaan lebih besar kepada satuan pendidikan (sekolah) dan para guru.

Tujuannya adalah agar sekolah dapat merancang pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan, minat, bakat, dan karakteristik lingkungan para siswanya.

Salah satu pilar utamanya adalah pembelajaran berbasis proyek melalui Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5), yang bertujuan untuk membangun karakter dan kompetensi esensial.

Perubahan Mendasar dari Kurikulum Sebelumnya

Ada beberapa perbedaan kunci yang dibawa oleh Kurikulum Merdeka.

Pertama, fokus pembelajaran lebih kepada materi esensial. Guru tidak lagi dikejar target untuk menyelesaikan semua materi dalam buku, melainkan dapat memperdalam pemahaman konsep-konsep inti.

Kedua, tidak ada lagi penjurusan IPA, IPS, dan Bahasa di jenjang SMA. Siswa diberi kebebasan untuk memilih mata pelajaran sesuai dengan minat dan rencana karier mereka di masa depan.

Ketiga, porsi yang signifikan dialokasikan untuk pembelajaran berbasis proyek (P5), di mana siswa belajar secara aktif untuk memecahkan masalah di dunia nyata.

Dampak pada Budaya Belajar Siswa

Penerapan kurikulum ini secara langsung mengubah budaya belajar siswa menjadi lebih aktif dan mandiri.

Siswa tidak lagi hanya duduk pasif mendengarkan guru. Melalui proyek, mereka didorong untuk melakukan riset, berdiskusi, berkolaborasi, dan menciptakan karya nyata.

Beban hafalan yang berat berkurang, digantikan dengan penekanan pada pemahaman konseptual dan kemampuan berpikir kritis.

Ini membantu siswa untuk menjadi pembelajar seumur hidup yang tidak hanya tahu "apa", tetapi juga mengerti "mengapa" dan "bagaimana".

Tantangan dalam Implementasi

Tentu saja, transformasi sebesar ini tidak datang tanpa tantangan. Kesiapan guru menjadi faktor penentu utama keberhasilan Kurikulum Merdeka.

Para guru perlu mengubah paradigma dari pengajar menjadi fasilitator, sebuah proses yang membutuhkan pelatihan dan adaptasi berkelanjutan.

Selain itu, kesenjangan fasilitas antar sekolah juga menjadi isu yang perlu diatasi agar penerapan kurikulum ini dapat berjalan merata di seluruh Indonesia.

Meskipun demikian, Kurikulum Merdeka membawa angin segar dan harapan baru bagi dunia pendidikan Indonesia, dengan cita-cita untuk melahirkan generasi yang lebih kreatif, kolaboratif, dan bernalar kritis.


Jasa Pembuatan Website UMKM
Jasa Pembuatan Website UMKM
Jasa Pembuatan Website UMKM