Sejarah Hijrah Nabi Muhammad SAW dan Maknanya Menjelang Tahun Baru Islam 1447 H
Artikdia - Tahun Baru Islam selalu menjadi momen penting untuk kembali merenungkan perjalanan Rasulullah SAW dalam menyebarkan risalah Islam.
Salah satu peristiwa paling monumental dalam sejarah Islam adalah hijrah Nabi Muhammad SAW dari Makkah ke Madinah.
Tidak sekadar perpindahan fisik, hijrah menjadi simbol perjuangan, pengorbanan, dan awal lahirnya peradaban Islam.
Menjelang 1 Muharram 1447 Hijriah, penting bagi kita untuk kembali mengingat sejarah ini dan mengambil pelajaran darinya.
Latar Belakang Hijrah Rasulullah SAW
Pada tahun-tahun awal dakwah di Makkah, Rasulullah SAW dan para pengikutnya menghadapi tekanan dan penindasan dari kaum Quraisy.
Segala cara ditempuh untuk menghentikan ajaran tauhid yang dibawa Nabi Muhammad SAW, mulai dari siksaan fisik, embargo sosial, hingga boikot ekonomi.
Melihat kondisi tersebut, Rasulullah SAW mencari peluang untuk menyebarkan Islam ke wilayah lain yang lebih aman.
Pada tahun ke-13 kenabian, datanglah kabar bahwa penduduk Yatsrib (sekarang Madinah) bersedia menerima Nabi Muhammad SAW dan kaum muslimin dengan tangan terbuka.
Perjalanan Hijrah yang Penuh Rintangan
Hijrah Rasulullah SAW bukanlah perjalanan yang mudah. Kaum Quraisy yang mengetahui rencana hijrah tersebut segera berencana menangkap bahkan membunuh beliau.
Atas izin Allah SWT, Rasulullah SAW bersama sahabat setianya, Abu Bakar Ash-Shiddiq RA, berhasil meninggalkan Makkah secara diam-diam pada malam hari.
Keduanya sempat bersembunyi di Gua Tsur selama tiga hari untuk menghindari pengejaran.
Dikisahkan dalam riwayat, ketika kaum Quraisy mendekati gua tersebut, Allah SWT mengutus laba-laba untuk membuat sarang di pintu gua dan seekor burung merpati yang bertelur, sehingga para pengejar menyangka gua itu tak dihuni siapa pun.
Setelah situasi aman, Rasulullah SAW melanjutkan perjalanan menuju Madinah. Perjalanan ini memakan waktu sekitar delapan hari dengan menempuh jalur-jalur sepi dan jarang dilalui kafilah dagang.
Di sinilah awal peradaban Islam yang kuat mulai dibangun. Rasulullah SAW mempersatukan dua kelompok masyarakat tersebut dalam ikatan persaudaraan yang disebut ukhuwah Islamiyah.
Masjid Nabawi pun dibangun sebagai pusat ibadah, pendidikan, dan pemerintahan.
Awal Penanggalan Hijriah
Peristiwa hijrah inilah yang kemudian menjadi dasar ditetapkannya sistem kalender Hijriah.
Penetapan ini dilakukan pada masa Khalifah Umar bin Khattab RA. Tahun pertama dalam kalender Islam dimulai dari tahun hijrah Nabi Muhammad SAW, bukan dari kelahiran beliau ataupun turunnya wahyu pertama.
Tahun Baru Islam yang diperingati setiap 1 Muharram menjadi simbol peringatan akan peristiwa penting ini, sekaligus momentum bagi umat muslim untuk memperbaiki diri, meningkatkan amal, dan memperkuat keimanan.
Makna Hijrah di Era Modern Menjelang 1447 H
Memasuki tahun 1447 Hijriah, nilai-nilai hijrah tidak sekadar dipahami sebagai perpindahan fisik, tetapi juga sebagai perubahan menuju keadaan yang lebih baik.
Hijrah bisa bermakna meninggalkan perbuatan buruk menuju amal saleh, berpindah dari lingkungan yang merusak ke lingkungan yang mendekatkan kepada Allah SWT, atau memperbarui niat dalam setiap amal perbuatan.
Hijrah adalah ajakan bagi setiap muslim untuk terus memperbaiki diri, membangun masyarakat yang adil, damai, dan penuh kebaikan sebagaimana yang dicontohkan Rasulullah SAW di Madinah.
Peristiwa hijrah Nabi Muhammad SAW adalah tonggak penting dalam sejarah Islam. Bukan hanya soal perpindahan tempat, tapi tentang keteguhan hati, keimanan, dan perjuangan dalam menegakkan kebenaran.
Menjelang tahun baru 1447 Hijriah, mari kita jadikan momen ini sebagai pengingat untuk terus berhijrah dalam diri — meninggalkan keburukan, menuju kebaikan yang diridhai Allah SWT.